Jejakfakta.com, BULUKUMBA — Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2025, sebanyak 30 relawan dari berbagai komunitas lingkungan dan institusi pendidikan di Bulukumba, Sulawesi Selatan, menggelar brand audit sampah plastik di tiga sungai besar: Sungai Bialo, Bijawang, dan Balantieng. Hasilnya, sebanyak 900 sampah kemasan saset ditemukan, dengan lima perusahaan produsen plastik tercatat sebagai penyumbang terbesar pencemaran.
Kegiatan ini bertujuan menuntut pertanggungjawaban produsen atas limbah kemasan yang mereka hasilkan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, khususnya Pasal 15.
Brand audit dilakukan dengan metode transek sepanjang 100 meter di titik-titik strategis, seperti belakang Taman Kuliner Desa Bialo dan bawah jembatan di Sungai Bijawang dan Balantieng. Komunitas yang terlibat meliputi Kebun Bersama, Ecoton, Siring Bambu, Komunitas Pemuda Desa Bialo, Relawan Gesit, SMKN 10 Bulukumba, dan MTsN Guppi Bontonyeleng.
Baca Juga : Hari Lingkungan Hidup Sedunia: Munafri Pimpin Aksi Bersih Kanal Jongaya dan Pasar Pabaeng-Baeng
Hasil Audit:
- Sungai Bialo: Wings (93 saset), Indofood (29), Mayora (18), PT Mandiri Investama Sejati (18), Santos Jaya Abadi (16)
- Sungai Bijawang: Wings (26), Mayora (17), Indofood (16), Garuda Food (10), Unilever (7)
- Sungai Balantieng: PT Tanjung Sarana Lestari (122), Santos Jaya Abadi (37), Wings (26), Indofood (14), Nabati (13)
Desakan terhadap Produsen dan Pemerintah Daerah
Fadiatul Ramadani (24), dari Relawan Gesit Bulukumba, menyatakan bahwa audit ini merupakan langkah awal mendorong produsen untuk bertanggung jawab atas limbah plastik mereka.
Baca Juga : Bupati Irwan Ajak ASN Kurangi Sampah Plastik di Peringatan Hari Lingkungan Hidup
"Hari Lingkungan Hidup bukan hanya seremoni, ini tentang aksi nyata dan pertanggungjawaban produsen," katanya.
Senada dengan itu, Arwan Sarkasih (26), pegiat lingkungan dari Bialo, menyebutkan data hasil audit akan diserahkan ke Pemda Bulukumba untuk ditindaklanjuti.
“Kami harap surat resmi dikirimkan ke lima produsen terbesar sebagai bentuk dorongan penegakan tanggung jawab produsen,” ujarnya.
Baca Juga : Munafri Siap Jalankan Edaran Iduladha Tanpa Sampah Plastik
Sampah yang ditemukan umumnya dibuang sembarangan akibat kurangnya fasilitas pengelolaan. "Saya berharap produsen beralih pada kemasan yang lebih ramah lingkungan," ujar Aedil Faizin (26) dari Komunitas Siring Bambu.
Fakta Sampah di Bulukumba
Firly Mas’ulatul Janah, peneliti dari Ecoton, menyampaikan bahwa berdasarkan kajian mereka, masyarakat Bulukumba menghasilkan sekitar 300 ton sampah per hari. Namun, hanya sekitar 40 ton yang masuk ke TPA Borongmanempa. Artinya, 88% sampah dibuang sembarangan, tercecer, atau dibakar.
Baca Juga : Jelang Idul Adha, SIEJ Sulsel Serukan Kurangi Penggunaan Kantong Plastik
“Sungai seharusnya bersih dari sampah jika mengacu pada PP No. 22 Tahun 2021. Kenyataannya, sungai di Bulukumba masih jauh dari bebas sampah,” ujar Firly.
Ia mendesak Pemkab Bulukumba segera menyusun Peraturan Daerah (Perda) Pembatasan Plastik dan melibatkan desa serta DPRD untuk menghentikan polusi plastik yang mengancam kesehatan dan lingkungan.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News