Jumat, 13 Januari 2023 16:59

Saksi Mata Gemetar dan Nangis, Sempat Larang Sadewa Dengar Ajakan Pelaku

Editor : Ilham Mangenre
Penulis : Atri Suryatri Abbas
Terekam kamera CCTV detik-detik penculikan Muhammad Fadli Sadewa (11), pelataran minimarket Indomaret di Batua Raya, Manggala, kota Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (8/1/2023) sekitar pukul 17.00 Wita. Otak penculikan, AD (duduk di motor), Fadli Sadewa mengenakan kaos lengan pendek dan celana pendek (tengah), saksi mata AL (kanan, menghadap ke Sadewa).
Terekam kamera CCTV detik-detik penculikan Muhammad Fadli Sadewa (11), pelataran minimarket Indomaret di Batua Raya, Manggala, kota Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (8/1/2023) sekitar pukul 17.00 Wita. Otak penculikan, AD (duduk di motor), Fadli Sadewa mengenakan kaos lengan pendek dan celana pendek (tengah), saksi mata AL (kanan, menghadap ke Sadewa).

Saksi mata mendatangi neneknya dan berkata, “Nenek, itu mi [itu dia] yang bawa ki Dewa, itu mi [itulah] orangnya."

Makassar, jejakfakta.com – Muhammad Fadli Sadewa (11) berjuang mengais rezeki sebagai kuli panggul di Pasar Toddopuli, Kelurahan Paropo, Kecamatan Panakkukang, kota Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (8/1/2023) pagi Wita.

Sadewa, sapaan akrab bocah kelas 5 SD di Batu itu melakoni kebiasaan akhir pekannya sebagai juru angkat-angkat barang pengunjung pasar tradisional Paropo tersebut.

Siang hari, Sadewa pulang dengan jalan kaki sejuah kurang lebih 2 kilometer ke rumah neneknya (Aminah), Lorong 7 Batua Raya, Kelurahan Batua, Kecamatan Manggala, sebelah timur laut Pasar Toddopuli.

Baca Juga : Jelang Ramadan, Harga Buah Pepaya di Pasar Toddopuli Tembus 25 Ribu

Menjelang sore, setelah istirahat, Sadewa pamit mencari nafkah lagi untuk tambahan jajan sekolah.

Sadewa bersama sepupunya, AL, ke minimarket Indomaret sekitar Batua Raya, sebagai juru parkir (tak resmi).

Sekitar pukul 17.00 Wita, pelaku penculikan Adrian atau AD dan MF (18), datang. Kedua pelaku menawarkan upah Rp 50 ribu untuk bersih-bersih rumah.

Baca Juga : 2 Hari Jelang Ramadan, Harga Ayam Potong di Pasar Toddopuli Tembus Rp 65.000

Sadewa yang terbiasa menerima orderan bersih-bersih pekarangan rumah, langsung saja menerima tawaran AD.

Terungkap, kedua pelaku rupanya juga mengajak bocah sepupu Sadewa, AL.

Namun, AL menolak. AL mengaku curiga dengan gelagat AD dan MF. AL juga merasa janggal dan takut melihat perawakan AD.

Baca Juga : Jelang Nataru 2024, Harga Cabai di Pasar Toddopuli Makassar Tembus 100 Ribu Perkilogram

"Ayo mi pergi, 50 ribu dikasikan ki, lumayan" kata keluarga menirukan perkataan Sadewa yang mengajak sepupunya AL.

AL menolak ajakan dan melarang Sadewa ikut ke pelaku.

Fadli Sadewa sempat bolak-balik, kemudian naik ke motor AD. Berangkat.

Baca Juga : Belum Diperbaiki! Pedagang Pasar Toddopuli Keluhkan Banjir dan Atap Pasar yang Rusak

Para pelaku mula-mula membawa Sadewa ke rumah MF di Ujung Bori, Kompleks Kodam Lama, Borong Raya. Mereka kemudian membawa Sadewa ke rumah AD di Batua Raya.

Di situlah kedua pelaku membunuh Sadewa dengan mencekik leher dan membenturkan kepala korban ke tembok bertubi-tubi. Tewas.

AD dan MF tega membunuh Sadewa karena berencana menjual organ tubuh korban. Belakangan, AD mengakui sudah setahun ini menonton konten perdagangan organ tubuh situs web tertentu.

Baca Juga : Bulan Ramadan, Harga Pepaya di Pasar Toddopuli Makassar Tembus Rp 30 Ribu

Jelang petang itu, AL berlari pulang ke rumah dan menyampaikan ke neneknya, Aminah (57). Sambil menangis dan badan gemetaran, AL mengungkapkan bahwa AD dan rekan membawa Sadewa pergi.

Keluarga korban pun beraksi. Mereka mencari sambil berharap Sadewa kembali pulang malam itu juga.

Senin (9/1/2023) pagi Wita, keluarga mencari sekuat tenaga, termasuk menyebar selebaran bergambar Sadewa dengan tulisan anak hilang. Keluarga juga telah melaporkan ke kepolisian bahwa Sadewa hilang dibawa orang.

Nahariah, tetangga Aminah, sempat menyaksikan salah satu pelaku penculikan turut membagi-bagikan selebaran pencarian Sadewa di Batua Raya.

Pagi itu pula, AL melihat salah satu pelaku penculikan dan pembunuhan Sadewa di depan sekolah AL di Batua.

AL histeris begitu melihat pelaku penculikan. AL mendatangi neneknya dan berkata, “Nenek, itu mi [itu dia] yang bawa ki Dewa, itu mi [itulah] orangnya."

Atas reaksi AL itu, warga bergerak cepat menangkap dan membawa pelaku ke Polsek.

Tim Reskrim Polsek Panakkukang pun merspons. Polisi terus melakukan pengembangan dan akhirnya menangkap menahan kedua pelaku, Selasa (10/1/2023) sekitar pukul 03.00 Wita.

Dini hari itu juga polisi menemukan jasad Sadewa di bawah jembatan Nipa-Nipa, jalan Inspeksi PAM Timur, Moncongloe, Maros. Kondisi jasad sudah membengkak

Dugaan Kementerian PPPA: Pelaku Sudah Dewasa

Pihak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) RI menduga tersangka AD atau AR sudah berusia dewasa, 18 tahun. Berbeda dari data umur AD 17 tahun yang santer diberitakan.

Tersangka AD sebagai otak penculikan dan pembunuhan Sadewa (11), menurut Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kemen PPPA, Nahar, sudah dapat dijerat Pasal 340 KUHP jika benar berusia 18 tahun.

"Dan dengan mengacu pada Pasal 340 KUHP maka dapat diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun," kata Nahar dikutip dari detikcom, Kamis (12/1/2023).

Tersangka AD (kiri) dan tersangka MF dalam konferensi pers pengungkapan kasus penculikan dan pembunuhan Muhammad Fadli Sadewa (11), di Mapolrestabes Makassar, Jl Ahmad Yani, kota Makassar, Selasa (10/1/2023) sore Wita. (ist).

Nahar mengutarakan bahwa akta kelahiran salah satu pelaku tertanggal 5 November 2004 atau sudah di garis umur dewasa: 18 tahun.

"Salah satu pelaku penculikan anak 11 tahun di Makassar diduga telah dewasa atau telah berusia 18 tahun," kata Nahar.

Kementerian PPPA pun menduga ada ketidakakuratan dalam pendataan tanggal kelahiran pelaku pembunuhan Sadewa.

"Datanya masih bisa salah atau asal mencatat di akta kelahiran. Kami sedang mencoba dalami lagi agar tidak salah menetapkan ancamannya," kata Nahar.

Sebelumnya, polisi menyatakan kedua tersangka masih berusia di bawah 18 tahun: AD 17 tahun dan MF 14.

Pihak keluarga korban berharap agar penegak hukum menjatuhkan hukuman yang setimpal kepada pelaku.

“Hukum mati pelaku, Pak,” kata nenek Sadewa, Aminah (57), kepada Kapolrestabes Makassar Kombes Budhi Haryanto di rumah duka, Lorong 7 Batua Raya, Manggala, Selasa (10/1/2023) malam. Saat itu Budhi datang menyampaikan dukacita.

Ayah kandung korban, Karmin, hadir menyambut Budhi.

“Iya, sabar, Bu, ya,” kata Budhi kepada Aminah yang terisak.

Layani Apa Saja, Bayar Seikhlasnya

Jika juru parkir dewasa muncul menguasai perparkiran minimarket seantero Batua Raya maka Muhammad Fadli Sadewa (11) harus minggir, pergi cari nafkah ke tempat lain dengan kerjaan apa saja.

Sadewa, bocah yang ditinggal ibu sejak usia 6 tahun, bisa melayani jasa apa saja di pusaran Kelurahan Batua, tempat dia tinggal bersama neneknya, Aminah (57) dan kakeknya, Jamaluddin.


Murid kelas 5 SD di Batua itu rupanya bukan tipe anak yang suka buang-buang waktu.

Jemput bola. Itu dia trik jitu Sadewa mendulang pundi-pundi, menurut kakeknya, Jamaluddin.

“Om, mau ki [apakah Anda mau] saya bersihkan rumput ta [rumput di pekarangan Anda],” kata kakek menirukan kalimat Sadewa kepada jejakfakta di kediaman Aminah (57), Jl Batua Raya, Lorong 7, Batua, Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (11/1/2023) sekitar pukul 14.40 Wita.

Kalimat Sadewa itu ketika menawarkan jasa bersih-bersih rumput lahan atau pekarangan rumah.

Tetangga hingga sejumlah kalangan di Batua sudah memakai jasa bocah Sadewa sebagai juru bersih lahan layaknya juru kebun.

"Om [saya] cabutkan maki rumput ta," kata Jamaluddin lagi menirukan perkataan Sadewa.

Berapa tarif? Ini Sadewa lagi punya sikap: “tidak tahu” menentukan angka bayaran alias berapa saja.

“Dibayar seikhlasnya,” kata nenek almarhum.

Sejumlah kalangan pemilik warung atau kios sekitar Batua rupanya percaya Sadewa, bisa jadi sekuriti dadakan.

“Jaga warung orang, kalau orangnya mau ke kamar mandi,” kata Jamaluddin, kakek Sadewa.

“Yang penting kalau dapat uang dan cukup untuk sekolahnya pulangmi,” Jamaluddin menambahkan.

Jika kawasan Batua Raya lagi sepi potensi untuk menghasilkan uang jajan, Sadewa punya "Plan B".

Sadewa harus jalan kaki sejauh 1,6 kilometer meninggalkan Batua ke arah barat daya, tepatnya Pasar Toddopuli, Keluarahan Paropo, Panakkukang.

Pasar Toddopuli merupakan benteng akhir pelarian Sadewa mencari uang jajan.

Di pasar tradisional Kelurahan Paropo tersebut Sadewa multijasa: bisa jadi kuli panggul, jaga sementara toko orang yang mau ke masjid, bantu-bantu penjual ikan bersihkan sisik ikan, angkat barang toko atau barang pengunjung pasar dan lainnya, apa saja.

Jika uang jajan dirasa cukup, Sadewa bergegas pulang ke rumah nenek.

“Dia tidak ke mana-mana, langsung pulang,” kata Aminah.

Senada Jamaluddin, “Yang penting kalau dapat uang dan cukup untuk sekolahnya, pulangmi.”

Sadewa cucu pengertian. Dia enggan menjadi beban ekonomi kakek dan neneknya.

Hasil keringat tak dikantongi sendiri. Sadewa selalu menitip ke Aminah.

"Nek ini, Nek, simpanan uangku, siapa tahu saya tidak dapat di pasar, uang ini uang parkirku simpanan untuk besok ke sekolah," kata Aminah menirukan perkataan Sadewa.

Hadriani, tetangga Aminah, mengenang Sadewa anak kecil pekerja keras yang gemar berbagi.

Ketika Sadewa, kata Hadriani, mendapatkan uang lebih sepulang mengais rezeki, tak lupa traktir sepupunya di warung terdekat.

"Selalu itu, di sini belanja, kadang dia bilang sama sepupunya ambillah, apa lagi, saya bayarki tante" kata Hadriani yang juga pemilik kios campuran langganan Aminah.

Namun, keramahan Sadewa menuai titik akhir di penghujung pekan lalu.

Saya Pergi Dulu, Nek

Seusai sejenak istirahat, Ahad (8/1/2023) siang di rumah neneknya, Sadewa pamit untuk mencari nafkah lagi, menambah penghasilan.

"Saya pergi [jadi juru] parkir dulu, Nek, karena mau ka [saya mau] belanja untuk sekolah besok." Rupanya kalimat itu adalah kalimat pamitan terakhir Sadewa kepada Aminah Ahad siang itu.

Lalu pergilah Sadewa ke suatu minimarket di Jl Batua Raya yang tidak jauh dari rumah sang nenek. Di situ Sadewa kembali mengais rezeki sebagai juru parkir untuk tambahan uang jajan.

Namun, keesokan harinya, Senin (9/1/2023), impian sekolah sembari jajan, tidak ada lagi bagi Sadewa, putra Karmin.

Sadewa tak pulang-pulang dari mencari uang jajan.

Dia hilang diculik dan dibunuh setelah ditawari upah Rp 50 ribu untuk bersih-bersih rumah.

Jenazah Muhammad Fadli Sadewa dikebumikan di pekuburan Paropo, Panakkukang, kota Makassar, Selasa sore Wita. (*).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

#Muhammad Fadli Sadewa #Aminah #Penculikan anak di kota Makassar #Tersangka AD #Batua Raya #Pasar Toddopuli #Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA)
Youtube Jejakfakta.com