Jejakfakta.com, MAKASSAR — Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulawesi Selatan menggandeng Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Sulsel, UNICEF, dan Jenewa Institute dalam upaya bersama mencegah stunting. Kolaborasi ini diwujudkan dalam kegiatan Sosialisasi Pesan Kunci Pencegahan Stunting yang melibatkan berbagai unsur lintas sektor.
Kegiatan berlangsung pada Rabu, 14 Mei 2025, di Aula Kanwil Kemenag Sulsel dan dibuka secara resmi oleh Kepala Bagian Tata Usaha, Aminuddin, yang hadir mewakili Kepala Kanwil.
Dalam sambutannya, Aminuddin menegaskan komitmen Kemenag dalam mendukung percepatan penurunan angka stunting melalui peran aktif para tokoh agama, penyuluh, dan guru.
Baca Juga : Tekan Angka Stunting Jadi Prioritas Melinda Aksa Sosialisasi Rumah Sehat Layak Huni di Kecamatan Panakukkang
"Walyakhsyallazina lau taraku min khalfihim zurriyyatan dhi‘afan..."
Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang jika meninggal akan meninggalkan generasi yang lemah," kutip Aminuddin dari Al-Qur’an.
Ia menambahkan bahwa seluruh agama sejatinya mengajarkan pentingnya menjaga kualitas generasi. Mengutip Imam Al-Ghazali, ia menegaskan bahwa upaya menjaga generasi harus dimulai bahkan sebelum anak dilahirkan.
Baca Juga : Bupati Lutim Terima Audiensi Kepala BKKBN Sulsel, Bahas Sinergi Tangani Stunting
“Peliharalah generasimu 25 tahun sebelum lahir. Artinya, upaya ini harus dimulai dari sekarang, dari hal-hal kecil, untuk mencegah faktor-faktor yang dapat melemahkan generasi masa depan,” ujarnya.
Aminuddin juga menyoroti pentingnya sinergi lintas lembaga dalam menurunkan angka stunting secara signifikan.
“Hari ini kita bukan sekadar menjalankan program pemerintah, tetapi juga perintah agama. Kolaborasi ini adalah langkah awal yang baik antara Kemenag, BKOW, UNICEF, dan Jenewa Institute, dan kami terbuka untuk kerja sama lebih luas dengan berbagai pihak,” tambahnya.
Baca Juga : Buka SPARK, Kakanwil Kemenag Sulsel Dorong Penghulu dan Penyuluh Jadi Garda Terdepan Resolusi Konflik
Ketua BKOW Sulsel, Apiaty K. Amin Syam, menyambut positif inisiatif ini dan menyebutnya sebagai langkah nyata menghadapi persoalan stunting di Sulsel.
“Kami berharap kegiatan ini tidak hanya memberi pemahaman, tetapi juga mendorong tindakan nyata dari seluruh elemen masyarakat,” katanya.
Nike Frans, M.P.H., Nutrition Officer UNICEF, mengungkapkan bahwa prevalensi stunting di Sulsel saat ini berada pada angka 23,3%, menurun dari tahun sebelumnya.
Baca Juga : Ali Yafid: Jadikan Waisak Momentum Menebar Kebajikan dan Perdamaian
“Stunting bukan penyakit, melainkan kondisi kekurangan gizi kronis yang berdampak pada perkembangan otak anak. Ini adalah tanggung jawab bersama yang hanya bisa diatasi melalui gotong royong lintas sektor,” jelasnya.
Direktur Jenewa Institute, Surahmansah Said, menambahkan bahwa pendekatan lintas sektor dan komunikasi perubahan perilaku menjadi strategi kunci dalam menekan angka stunting.
“Pencegahan stunting bukan hanya tugas sektor kesehatan. Kita perlu melibatkan seluruh organisasi, termasuk di luar kesehatan, karena ini menyangkut masa depan generasi bangsa,” tegasnya.
Baca Juga : DPPKB Lutim Masuk Tiga Besar Lomba Tenaga Lini Lapangan Terbaik Tingkat Provinsi
Melalui sinergi ini, para pemangku kepentingan menunjukkan komitmen bersama untuk menanggulangi stunting secara komprehensif. Pendekatan berbasis nilai keagamaan dan kolaborasi lintas sektor diharapkan dapat melahirkan generasi yang sehat, cerdas, dan tangguh.
Kemenag Sulsel dan para mitra berkomitmen melanjutkan langkah konkret demi masa depan Indonesia yang lebih baik.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News