Oleh: Prof Peter Gardenfors, guru besar ilmu kognitif di Universitas Lund, Swedia.
Intuisi bukanlah sesuatu yang ajaib. Sebagian besar pengetahuan kita sehari-hari bersifat implisit atau diam-diam. Izinkan saya memberi contoh pribadi.
Saat remaja, saya biasa duduk dan mengerjakan pekerjaan rumah dengan jendela terbuka di kamar saya di lantai pertama rumah kami. Suatu hari, saya perhatikan saya tahu kapan kucing kami akan pulang meskipun saya tidak dapat melihat atau mendengarnya. Ketika saya melihat ke luar jendela, saya melihatnya berdiri di pintu depan. Saya melakukan ini sebelum dia mulai mengeong agar diizinkan masuk.
Baca Juga : Kadang-kadang Persepsi adalah Perangkap
Saya kagum pada kewaskitaan saya karena saya yakin saya tidak memperhatikan kucing itu sama sekali. Butuh beberapa prediksi yang berhasil sebelum saya menyadari bahwa saya secara tidak sadar telah mengetahui bahwa burung memberikan sinyal peringatan ketika kucing mendekat; oleh karena itu, perubahan kicauan burung membuatku melihat ke luar jendela dan memperhatikan kucing itu.
Beberapa pengetahuan implisit kita dapat dengan mudah dibuat eksplisit. Anda tahu bahwa tupai tidak memakai kacamata di alam liar, meskipun Anda mungkin tidak pernah memikirkan fakta ini sebelumnya. Dan Anda dapat memberikan alasan yang sah atas pengetahuan ini. Bentuk-bentuk pengetahuan implisit lainnya jauh lebih sulit untuk disoroti. Apa yang kita sebut intuisi adalah jenis pengetahuan implisit yang paling sulit untuk dieksplisitkan.
Misalnya, sebagian besar pengetahuan kita tentang bahasa ibu tersirat dalam cara ini. Kita mempunyai intuisi tentang apa yang dimaksud dengan tata bahasa, namun kita sulit menjelaskan alasannya. Dan coba jelaskan kepada anak dengan kata-kata cara mengendarai sepeda.
Baca Juga : Kasus Kekerasan Seksual di Toraja, Pemprov Sulsel Siapkan Tenaga Psikolog untuk Korban
Kamus saya mendefinisikan intuisi sebagai "persepsi langsung terhadap kebenaran atau fakta, tidak bergantung pada alasan apa pun". Namun, apa yang “dipersepsikan secara langsung” oleh satu individu tidak dapat dengan mudah dirasakan oleh individu lain atau tidak dirasakan sama sekali. Secara khusus, orang-orang dengan pengetahuan ahli dapat merasakan lebih banyak fenomena “secara langsung”.
Seorang ahli anggur, misalnya, dapat membuat sejumlah perbedaan halus yang melebihi kemampuan seorang amatiran. Ini mungkin terdengar paradoks; jika dua orang mengalami (hampir) sensasi yang sama, bukankah mereka harus merasakan hal yang sama?
Tidak, tidak ada yang namanya "mata telanjang". Dan tidak ada telinga yang polos; bahkan bayi yang baru lahir pun menunjukkan preferensi terhadap pola fonetik dan melodi ucapan yang mereka dengar saat masih dalam kandungan. Persepsi kita selalu bergantung pada pengalaman masa lalu dan cara kita secara implisit belajar mengkategorikan dunia. Tidak mungkin menarik garis tegas antara apa yang dirasakan dan apa yang diperoleh, sebagian karena setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda dan sebagian lagi karena sebagian besar dari apa yang secara tidak sadar kita anggap sebagai persepsi hanya dapat diamati dengan bantuan berbagai instrumen—kacamata, kamera, mikroskop, amplifier, speedometer, dll.
Pendidikan, kebiasaan, dan faktor budaya lainnya juga berperan dalam persepsi kita. Mata yang terlatih akan menemukan amber [sebangsa damar] di pantai di mana mata yang tidak terlatih hanya melihat rumput laut dan pasir; seorang ibu dapat membedakan tangisan bayinya dari ratusan tangisan lainnya; dan seorang psikiater mengenali penyakit mental di mana orang lain hanya melihat pandangan linglung.
Apa yang dialami seorang ahli sebagai sensasi "langsung" bergantung pada pelatihan dan praktik yang panjang. Para ahli menggabungkan informasi ke dalam unit-unit bermakna yang lebih besar, menyaring informasi yang tidak relevan, dan mengandalkan serangkaian model mental yang lebih besar. Pemrosesan informasi sensorik oleh ahli bersifat implisit (tidak disadari). Bagi ahli, hal itu tampak sebagai "persepsi langsung tentang kebenaran atau fakta, tidak bergantung pada alasan apa pun", yaitu intuisi.
Citra visual dan pemikiran spasial memainkan peran utama dalam intuisi. Akar kata Latin intuire berarti "melihat". Beberapa dari pengetahuan visual dan spasial kita sulit untuk diungkapkan secara verbal dan, oleh karena itu, menjadi bagian dari pengetahuan implisit kita.
Ada kesamaan yang kuat antara perbedaan antara pengetahuan implisit dan eksplisit dan antara pemikiran visual dan pemikiran verbal.
Kesadaran terstruktur secara spasial, dan proses kognitif lebih lanjut diperlukan untuk mengubah pengalaman yang diberikan segera menjadi bentuk verbal.
Sumber: Psychology Today
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News