Jejakfakta.com - MAKASSAR - Hari ini, PSM Makassar resmi genap berusia 110 tahun. Sebuah perjalanan panjang yang dimulai sejak 2 November 1915, menjadikannya salah satu klub tertua dan paling sarat sejarah di Indonesia. Lebih dari sekadar entitas olahraga, PSM telah menjelma menjadi jiwa dan identitas kolektif masyarakat Sulawesi Selatan dan Indonesia Timur.
Dari MVB ke PSM: Akar Sejarah yang Kokoh

Cikal bakal PSM bermula dari Macassaarsche Voetbal Bond (MVB) yang didirikan pada 2 November 1915. Perkumpulan ini menjadi embrio PSM dan telah menampilkan bibit-bibit pribumi seperti Sagi dan Sangkala di persepakbolaan Hindia Belanda.
Baca Juga : PSM Makassar Resmi Perkenalkan Tomas Trucha sebagai Pelatih Baru untuk BRI Super League 2025/26
Pada 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan kesebelasan dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali, bahkan Hongkong dan Australia.
Masa kejayaan MVB meredup seiring kedatangan Jepang yang menangkap orang-orang Belanda dan menjadikan pemain pribumi sebagai romusa. Nama MVB pun diubah menjadi Persatuan Sepak Bola Makassar (PSM) untuk menghilangkan unsur Belanda.
Era Keemasan dan Legenda
Baca Juga : Wali Kota Makassar Hadiri Final Asnawi Mangkualam Cup 2025, Tekankan Pembinaan Anak Muda Lewat Sepak Bola
Di bawah kepimpinan Achmad Saggaf, PSM melakukan reorganisasi pascakemerdekaan. Tahun 1950-an menjadi era kebangkitan dengan munculnya legenda Andi Ramang, yang membuat media menjuluki PSM sebagai Pasukan Ramang.
PSM pertama kali menjadi juara Perserikatan pada 1956-1957 dengan materi pemain langganan timnas seperti Maulwi Saelan, Suardi Arlan, dan tentunya Ramang. Dominasi berlanjut di musim berikutnya dengan raihan 6 kemenangan tanpa kekalahan dan selisih gol 25-4.
Total PSM meraih 5 gelar juara Perserikatan (1956-57, 1958, 1959, 1964-65, 1965-66, dan 1991-92), menjadikannya salah satu kekuatan terbesar sepak bola Indonesia.
Baca Juga : Bernardo Tavares Resmi Tinggalkan PSM Makassar: “Saya Pergi dengan Rasa Sakit, Tapi Juga Bangga”
Transformasi dan Prestasi di Era Modern
Memasuki era Liga Indonesia sejak 1994, PSM tetap konsisten di papan atas. Meski baru sekali menjadi juara pada Liga Indonesia 1999-2000, tim asal Makassar ini lima kali menjadi runner-up (1995/96, 2001, 2003, 2004, 2018).
Era The Dream Team 1999-2000 menjadi kenangan manis dengan kombinasi pemain nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santoso, dan pemain lokal seperti Ronny Ririn dan Syamsudin Batola.
Baca Juga : Wali Kota Makassar Paparkan Strategi Pembangunan Kota dalam Seminar Internasional Universitas Bosowa
Kebangkitan Kembali dan Warisan Abadi
PSM membuktikan konsistensinya dengan kembali menjuarai Liga 1 2022/2023. Di kancah Asia, PSM tercatat pernah bermain di Piala Winners Asia dan tiga kali di Liga Champions AFC.
PSM pernah menjadikan Makassar sebagai tuan rumah Perempat Final Liga Champions 2010, menghadirkan klub-klub top Asia seperti Jubilo Iwata dan Suwon Bluewings.
Baca Juga : PSM Makassar Bungkam Persija 2-0, Munafri-Aliyah Saksikan Langsung di Parepare
Ciri khas PSM adalah permainan keras dan cepat dipadu teknik tinggi, didukung regenerasi berkelanjutan yang melahirkan banyak pemain timnas. Dukungan pengusaha Sulsel yang bergantian mengurusi klub juga menjadi kunci ketahanan PSM.
Warisan untuk Generasi
PSM Makassar pada usianya yang ke-110 telah membuktikan diri sebagai lebih dari sekadar klub sepak bola. Ia adalah living monument, simbol ketangguhan, persatuan, dan kebanggaan masyarakat yang telah melintasi tiga zaman. Perjalanannya adalah cerminan dari sejarah sepak bola Indonesia itu sendiri.
Selamat ulang tahun, PSM Makassar. Teruslah berkokok, Ayam Jantan dari Timur! PSM... Ewakoo..!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




