Rabu, 04 Oktober 2023 09:26

Wamentan: Komoditas Pangan Kita Sementara Ini Cukup Baik

Wamentan Harvick Hasnul Qolbi usai meninjau tanaman kedelai di Karawang. (ist).
Wamentan Harvick Hasnul Qolbi usai meninjau tanaman kedelai di Karawang. (ist).

Dengan alasan penurunan produksi, pemerintah melakukan impor guna meningkatkan stok cadangan beras pemerintah (CBP) dan agar harga di pasar tetap terkendali.

Jakarta - Suhu panas el nino dan musim kemarau saat ini berdampak pada penurunan produksi pangan Indonesia.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Harvick Hasnul Qolbi, mengatakan, pasokan pangan nasional masih terbilang baik kendati produksi turun.

"Komoditas pangan kita, sementara ini sangat cukup baik sekali walaupun ada beberapa penurunan produksi, utamanya di sektor tanaman pangan yang sangat terdampak sekali dengan adanya El Nino dan musim kemarau yang lebih panjang dari perkiraan sebelumnya," kata Harvick di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip dari Republika, Rabu (4/10/2023).

Baca Juga : Jurus Impor Akali Ketersediaan dan Lonjakan Harga Beras

Fenomena El-Nino berdampak pada penurunan produksi beras yakni sekitar 1,2 juta ton. Meski demikian, menurut Wamentan, jika mengacu pada target produksi beras yang di atas 30 juta ton, maka dampak penurunan produksi tersebut tak akan memberikan pengaruh signifikan.

"Pemerintah tentu saja telah mengambil langkah-langkah strategi dengan menyiapkan cadangan beras pemerintah yang tadi kita sampaikan di awal," kata Harvick.

Dengan alasan penurunan produksi, pemerintah melakukan impor guna meningkatkan stok cadangan beras pemerintah (CBP) dan agar harga di pasar tetap terkendali.

Baca Juga : Kemarau Panjang, Produksi Bawang Merah di Enrekang Berkurang

"Jadi untuk menekan harga di pasar, kita coba siasati dengan membanjiri produk. Mudah-mudahan ini cukup efektif kita lakukan, bersinergi dengan kementerian/lembaga lain utamanya Kemendag (Kementerian Perdagangan), juga dengan Bapanas (Badan Pangan Nasional)," ujarnya.

Waspada Kelangkaan Pangan

Belum lama ini Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta semua pihak untuk mewaspadai kelangkaan pangan yang disebabkan oleh perubahan iklim dan situasi geopolitik dunia.

Baca Juga : Sistem Kelistrikan di Sulsel Bergantung Debit Air, Adi Priyanto: 33 Persen dari PLTA

“Kenaikan suhu bumi, kekeringan di mana-mana, kemarau panjang, sehingga menyebabkan gagal tanam, menyebabkan gagal panen. Dan super El Nino yang ada di tujuh provinsi di negara kita juga mempengaruhi pasokan pangan pada rakyat kita Indonesia. Plus ditambah yang kedua, yang pertama ancaman perubahan iklim, yang kedua juga yang berkaitan dengan geopolitik dunia, yang juga berpengaruh pada pasokan pangan,” kata Presiden saat pidato di acara pembukaan Rakernas IV Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), di JI-EXPO, Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/9/2023) siang. 

Presiden menyampaikan, krisis geopolitik dunia yang menyebabkan kelangkaan pangan itu disebabkan oleh perang antara Rusia dan Ukraina. Perang dua negara penghasil gandum terbesar itu menyebabkan sebanyak 207 juta ton gandum tidak bisa diekspor karena alasan keamanan.

“Sehingga yang terjadi adalah di Afrika, di Asia maupun di Eropa sendiri kekurangan pangan itu betul-betul nyata dan terjadi. Harga yang naik secara drastis dan bahkan kemarin saya membaca sebuah berita, di satu negara maju di Eropa, anak-anak sekolah banyak yang sudah tidak sarapan pagi. Yang biasanya sarapan pagi, sekarang ini sudah tidak sarapan pagi karena kekurangan bahan pangan, karena mahalnya bahan pangan,” kata Presiden Jokowi.

Baca Juga : Panen Raya di Gowa, Sulsel Sukses Tangani Dampak El Nino

Kelangkaan pangan membuat sebanyak 22 negara menghentikan ekspor pangan, termasuk beras, untuk mengamankan pasokan di negaranya masing-masing.

“Ada Uganda, Rusia, India, Bangladesh, Pakistan, dan Myanmar terakhir juga akan masuk lagi tidak mengekspor bahan pangannya. Betapa nanti kalau ini diterus-teruskan ini semua harga bahan pokok pangan semuanya akan naik,” kata Jokowi.

Oleh sebab itu, kata Presiden, perlu visi taktis yang memuat rencana kerja detail dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan terkait program kedaulatan pangan. 

Baca Juga : Pj Gubernur Bahtiar Panen Raya Padi Bersama Petani di Tengah El Nino

Menurutnya, kedaulatan pangan sangat diperlukan untuk menghadapi peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah.

“Kita tahu penduduk kita sudah 278 juta, penduduk kita saat ini sudah 278 juta. Dunia juga sudah lebih dari 8 miliar, penduduk dunia, dan akan terus bertambah. Di tahun 2030 diperkirakan sudah mencapai 310 [juta], karena pertumbuhan penduduk kita 1,25 persen kenaikannya per tahun. Artinya sekali lagi, pangan menjadi kunci. Seperti yang disampaikan oleh Bung Karno, pangan merupakan mati hidupnya suatu bangsa, itu betul sekali, beliau sudah melihat kejadian yang sekarang ini kita alami,” kata Presiden.

Ia menjelaskan, visi taktis yang memuat rencana kerja detail tersebut juga diperlukan untuk merencanakan jumlah pembangunan infrastruktur penunjang produksi pangan, seperti irigasi dan embung. Presiden juga menilai, jumlah infrastruktur penunjang produksi pangan di Indonesia masih kurang dibandingkan dengan negara-negara lain.

“Karena waduk kita mungkin sampai tahun depan baru akan tambah kira-kira 61 waduk. Total waduk kita kurang lebih nanti plus 230 berarti kurang lebih 300-an waduk. Masih sangat kecil sekali kalau dibandingkan dengan Korea, dengan China, belum ada 10 persennya kita. Artinya, masih perlu kerja keras untuk menyelesaikan infrastruktur yang berkaitan dengan pangan yang kita miliki,” katanya. (Republika/Setkab).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

#kelangkaan pangan #Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi #el nino
Youtube Jejakfakta.com