Sabtu, 08 Februari 2025 12:47

Mengenang Setahun Kepergian Daeng Aswan; Sokoguru Kaderisasi

Editor : Redaksi
Daeng Aswan, pendiri Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulawesi Selatan. @Jejakfakta/Istimewa
Daeng Aswan, pendiri Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulawesi Selatan. @Jejakfakta/Istimewa

Sosok aktivis pergerakan yang telah menghabiskan separuh usianya untuk mendidik manusia dan mengabdi pada kemanusiaan.

Penulis: Suaib Prawono (Korwil GUSDURian Sulampapua)

Dalam setiap perjumpaan, Daeng Aswan selalu hadir dengan penuh inspirasi. Panggilan "Daeng" (kakak) yang kami sematkan padanya bukan sekadar adat atau bentuk penghormatan dalam tradisi Bugis-Makassar, melainkan juga sebagai penanda kedekatan kami dengan pendiri Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulawesi Selatan tersebut.

Selain itu, panggilan Daeng juga adalah bentuk apresiasi kami terhadap gagasan dan gerakannya yang senantiasa membumi. Hal itu terlihat dari kemampuan beliau mengorganisir dan menggali pengetahuan masyarakat dengan menggunakan pertanyaan sederhana namun reflektif.

Baca Juga : Ciptakan Pemilu Damai 2024, LAPAR Sulsel bersama Jalin Harmoni Dorong Kesadaran Toleransi Bersama

“Pengetahuan itu ada di masyarakat, bahkan mereka punya cara tersendiri menyelesaikan masalahnya. Cuma kita saja yang tidak tahu cara menggalinya,” katanya suatu ketika.

Demikian pula, saat dirinya memfasilitasi forum warga, beliau menggunakan istilah-istilah lokal yang akrab di telinga mereka. Karenanya, tak heran jika gagasannya mudah dipahami dan penuh inspirasi.

Pengkader Ulung

Baca Juga : Kudeta Lapar Sulsel: Menyemai Semangat Demokrasi dan Toleransi di Sulawesi SelatanĀ 

Jika umumnya fasilitator pemula berpikir secara instan untuk mencapai tujuan, namun tidak demikian dengan pria kelahiran Watampone, 14 Februari 1964 itu. Ia justru berpikir bagaimana cara (berproses) agar bisa sampai ke tujuan.

Baginya, kematangan hidup seseorang tidak lahir secara instan, melainkan lahir dari proses yang cukup panjang dan melelahkan. Orang-orang hebat tidak lahir dari kemudahan fasilitas, melainkan dengan kerja keras.

Mungkin karena itu, kader-kader yang lahir dari “rahim pengetahuan” beliau tidak hanya dikenal cerdas dan progresif, tetapi juga tangguh dalam menghadapi berbagai persoalan. Pada konteks inilah, Daeng Aswan tidak hanya dikenal sebagai community organizer yang handal, tetapi juga seorang pengkader ulung.

Baca Juga : Sudah Deklarasi, OMS Kawal Pemilu Bongkar Kejanggalan Rekapitulasi Parpol di KPU Sulsel

Kehebatan lain yang jarang diketahui oleh banyak orang adalah kemampuan beliau menciptakan ruang untuk berproses. LAPAR yang didirikan pada tahun 1999 lalu, selain menjadi laboratorium pengetahuan, juga menjadi tempat untuk mengasah kepekaan sosial dan pengabdian masyarakat.

LAPAR lahir dari kesadaran anak-anak muda Nahdlatul Ulama tentang pentingnya mendorong proses penguatan demokrasi dan kemandirian masyarakat di tingkat lokal. Sementara orang-orang yang terlibat di dalamnya, adalah anak-anak yang haus dan lapar akan pengetahuan.

“LAPAR adalah lembaga yang memperjuangkan hak orang-orang kecil. Ciri khas LAPAR adalah pendampingan; mendampingi kaum miskin dan kelompok rentan,” katanya.

Baca Juga : Rahim Tak Gentar

Warisan dan Pengabdian

Seiring perjalanan waktu, setelah dirinya tak lagi menjabat sebagai Direktur LAPAR, dan memilih menetap di Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, semangatnya untuk menginisiasi ruang-ruang kaderisasi tidak serta merta surut. Bahkan ia sempat menginisiasi berdirinya dua lembaga, yaitu; Jaringan Advokasi Rakyat (JARAK) dan Lembaga Inspirasi dan Advokasi Rakyat (LIAR).

Dua lembaga ini, selain menjadi ruang kaderisasi, juga menjadi ajang perjumpaan kalangan anak-anak milenial, berproses melakukan pendampingan masyarakat. Mungkin karena itu pula, di mata sebagian aktivis, Daeng Aswan dikenal sebagai sokoguru kaderisasi. Sebab ia tidak hanya mampu menginspirasi kalangan orangtua, tetapi juga anak-anak milenial yang notabene dari segi usia terpaut jauh dengan dirinya.

Kehebatan itu sekaligus menjadi penanda keabadian dirinya sebagai sosok aktivis pergerakan yang telah menghabiskan separuh usianya untuk mendidik manusia dan mengabdi pada kemanusiaan.

Tidak terasa, setahun sudah kepergian beliau menghadap Sang Pemilik Kehidupan. Kepergiannya tidak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga sahabat, kader, kelompok dampingan dan murid-muridnya yang tersebar di berbagai penjuru nusantara.

Semangat dan dedikasinya dalam memperjuangkan kesetaraan dan kemanusiaan tentu saja patut untuk diteladani. Demikian pula, semangat kaderisasi yang dilakoni hingga akhir hayatnya juga penting untuk dilanjutkan. Selain sebagai amal jariyah baginya, juga untuk mengabadikan warisan pengetahuan dan gerakan beliau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

#daeng aswan #LAPAR Sulsel
Youtube Jejakfakta.com