Jejakfakta - Surat kabar Israel, Haaretz, Kamis (18/1/2024), memperingatkan pemukim Israel akan mengalami perang saudara akibat keberadaan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang terus membantai rakyat Palestina di Gaza.
Netanyahu memang sibuk memerangi Gaza, namun sebagian besar masyarakat Israel juga sibuk demonstrasi menentang Netanyahu.
“Bersiaplah menghadapi perang saudara,” kata Haaretz, menunjuk demonstrasi besar-besaran warga Israel yang kembali terjadi baru-baru ini di Tel Aviv terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Baca Juga : Hamas Sampaikan Terima Kasih atas Peran Jusuf Kalla dalam Membantu Palestina
“Bayangkan apa yang akan terjadi ketika massa turun ke jalan sementara ada perang [Israel vs Palestina] yang berkecamuk. Jalanan akan mudah terbakar dan meledak,” kata Haaretz.
Haaretz menulis, para pengunjuk rasa digambarkan berpotensi menyerang pemerintahan dan tentaranya dari belakang, dan mereka akan ditindak karena dicap pengkhianat.
Baca Juga : Indonesia Sambut Gencatan Senjata Gaza, Dorong Perdamaian Berkelanjutan
Potensi serangan massa mengingat maraknya senjata api dan pistol di wilayah tersebut, yang didistribusikan berdasarkan afiliasi politik.
Haaretz menggambarkan pemerintahan Netanyahu sebagai “mimpi buruk” dan hanya membuat banyak janji tapi tidak ditepati.
“Pemerintah Israel kini sibuk memastikan terjadinya perang permanen di Gaza dan perbatasan utara serta mengobarkan api di Tepi Barat. Sementara kelangsungan hidup warga Israel diabaikan," tulis Haaretz.
Baca Juga : Gencatan Senjata Israel-Hamas Hampir Disepakati, JK: Semestinya Sudah Dilakukan Sejak Dulu Secara Permanen
Surat kabar tersebut menyebutkan, tahun 2024 akan menjadi tahun terburuk bagi Israel. Di antaranya ditandai dengan terasanya krisis ekonomi, kerawanan di perbatasan Lebanon, nasib sandera Israel.
Dalam beberapa hari terakhir, wilayah pendudukan Israel memanas akibat puluhan ribu pemukim Israel berdemonstrasi di Tel Aviv. Aksi protes besar-besaran ini mendesak Netanyahu digulingkan, segera pemilu baru, dan menuntut kembalinya sandera Israel.
Baca Juga : Rafah, Save the Children Serukan Gencatan Senjata!
Di aras pemerintahan Israel, seperti laporan The Wall Street Journal, terungkap bahwa perselisihan di antara anggota kabinet perang "mulai meluas," mengancam akan melemahkan strategi militer yang dijalankan oleh entitas tersebut dalam "fase kritis" perang di Gaza.
Hari ini memasuki 105 hari perang Israel vs Hamas Palestina. Perang tidak hanya terjadi di Gaza, tetapi juga meluas ke Tepi Barat, perbatasan Israel-Lebanon hingga ke sejumlah wilayah Timur Tengah seperti di Laut Merah.
Pasukan Israel terus melancarkan serangan militer melalui darat dan udara ke Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 24.285 warga sipil Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak serta 61.154 orang luka-luka.
Populasi di Jalur Gaza, menurut data PBB, merosot tajam, akibat 85 persen penduduknya sudah mengungsi di tengah krisis makanan, air bersih dan obat-obatan serta 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut sudah hancur. (Haaretz/Almayadeen/Mina/Quds Press/WSJ)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News