Danau Matano, adalah satu dari tiga danau yang ada di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Danau itu merupakan danau terdalam di Indonesia dan terdalam ke-12 di dunia, dengan kedalaman 1.936 kaki atau 590 meter. Menjadikannya 40 meter lebih dalam dibandingkan dengan Danau Toba di Sumatera Utara.
Danau Matano berada di Desa Matano, Kecamatan Nuha tepatnya. Dan Desa Matano merupakan salah satu desa wisata yanga masuk kategori Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan meraih juara II.
Menyusuri Danau Matano, kita akan disuguhi pemandangan alam yang indah dipandang mata. Banyak lokasi wisata di sekelilingnya, yang tetap terjaga alami meski dikelilingi tambang nikel milik PT Vale Indonesia Tbk.
Baca Juga : Tutupan Hutan di Sulsel Kritis, Walhi Ingatkan Pemerintah Segera Cabut Izin Tambang di Luwu Timur
Air yang jernih, pegunungan verbeek dan tebing batu yang indah, serta hewan bawah air yang merupakan spesies endemik di sana memanjakan mata.
Bahkan banyak lokasi yang bisa dikunjungi juga sembari menyusuri danau seluas 164,1 kilometer persegi itu. Kita bisa mampir ke pulau di tengah danau, lalu berenang, snorkeling bahkan bermain kayak di sana.
Setelah puas bermain air, perjalan dilanjutkan menuju Laa Waa River Park. Di sana, pengunjung juga dapat menjajal sensasi pertemuan air dingin dari gunung dan air danau yang hangat. Bahkan pengunjung sering bergurau menyebutkan, jika air pun bisa galau antara hangat dan dingin.
Baca Juga : Program PPM-PKPM PT Vale Dukung Peningkatan Ekonomi Luwu Timur
Dari Laa Waa yang punya makna air tidak pernah berhenti mengalir, tentu penikmat wisata alam, harus merasakan sensasi bermain air dan masuk ke dalam Gua Air dan Gua Tengkorak yang diyakini dan dipercaya sebagai lokasi menempatkan jasad ratusan tahun silam.
Nina, bersama lima kawannya, wisatawan lokal yang sempat ditemui di Gua Air mengaku sering ke sana untuk bersenang-senang, memanjat tebing dan meloncat ke air sambil teriak. "Kami sudah dari tadi di sini," serunya saat akan meninggalkan lokasi, sembari berusaha melepaskan tambatan perahu kecil yang mereka gunakan untuk menyusuri danau.
Baca Juga : PT Vale Dukung Sektor Unggulan Kelautan dan Pertanian di Kawasan Pesisir Malili
Untuk menyusuri Danau Matano, pengunjung dapat menyewa kapal kecil atau katinting dengan kapasitas 5-10 orang seharga Rp300 ribu per hari, yang berangkat dari dermaga Laa Waa River Park.
Selain kapal kecil, untuk rombongan yang lebih banyak, tentu ada kapal besi (raft), kapasitas 20 orang lebih atau disebut bago-bago, dengan harga sewa Rp800 ribu per hari.
Ketua Pengelola Desa Wisata Matano, Amsal menjelaskan, bibir Danau Matano, masuk ke Desa Matano memang menjadi destinasi wisata yang kerap dikunjungi masyarakat sekitar.
Baca Juga : Warga Manurunge Doakan GubernurKu Sehat Menuju 2024
Menurutnya, khusus di Laa Waa River Park yang luasnya 3 hektare, pengunjung per hari hanya 30 orang. "Baru ramai kalau akhir pekan, bisa sampai 120 orang pengunjung," ungkap Amsal.
Untuk menjaga itu semua, Head Of Communication PT Vale Indonesia Bayu Aji mengaku, PT Vale tidak hanya mengeruk tambang di Sorowako sana, tapi tetap melestarikan alam, mengingat Danau Matano memang berdampingan langsung dengan aktivitas tambang.
Pihak Vale berharap, semua orang bisa selalu menikmati, sekaligus menjaga pesisir Danau Matano, karena garis pesisir Danau Matano ikut terbentang di Sorowako.
Baca Juga : GubernurKu Disambut Hangat Di Lutim
"Luasnya danau beserta hamparan pasir, membuat kita serasa di tepi pantai. Banyak spot untuk sekadar menikmati pemandangan atau berenang di segarnya air tawar," seru Bayu.
"Tidak sekadar menikmati, menjaga pesisir Danau Matano, agar tetap asri, mesti kita upayakan bersama," sambungnya.
Ada pun salah satu upaya yang dilakukan bersama pemerintah, yaitu dengan melakukan penanaman tanaman endemik tembeuwa (Kjellbergiondron celebium) di pesisir Danau Matano. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News