Jejakfakta.com, Makassar - Ibu Hajrah menatap langit sekitar Kepulauan Spermonde, hujan deras mulai turun dengan intensitas tinggi disertai angin kencang melanda sejumlah wilayah Sulawesi Selatan sejak Jumat (23/12/2022) kemarin, termasuk di Pulau Kodingareng.
Ibu Hajrah salah satu warga dari sekitar 4.526 jiwa yang mendiami Pulau Kodingareng, Kecamatan Sangkarrang, Kota Makassar, selama dua tahun belakangan pasca penambangan pasir laut di wilayah kelola nelayan untuk pembangunan proyek strategis nasional Makassar New Port (MNP), ia mulai was-was saat musim hujan.
Rasa was-was menghantui Ibu Hajrah bukan tanpa alasan, setelah pengerukan pasir laut Pulau Kodingareng sering banjir air laut atau banjir rob, dan bahkan hantaman abrasi terus mengikis bibir pantai yang mengancam rumah-rumah warga.
Baca Juga : Paslon MULIA Paparkan Program Pemberdayaan Bagi Warga Pulau, Ingin Setara Sama Kecamatan di Dalam Kota
"Selama hidup dan tinggal di Pulau Kodingareng berapa puluh tahun lamanya, baru dua tahun belakangan ini terjadi banjir air laut separah ini, mungkin ini dampak dari pengerukan pasir yang terjadi pada tahun 2020 lalu," ujar Ibu Hajrah kepada JejakFakta, Sabtu (24/12/2022).
Perlawanan keras warga Pulau Kodingareng sejak Penambangan Pasir Laut lalu, kata Hajrah dilakukan sebagai penegasan jika bentang alam di Kepulauan Spermonde rusak, selain merusak wilayah tangkap nelayan, juga merusak pemukiman mereka.
"Karna kalau bukan dari dampak pengerukan pasir laut, tidak separah ini," terangnya.
Baca Juga : Kampanye di Tiga Pulau, Appi-Aliyah Fokus pada Solusi Abrasi dan Pendidikan
Banjir rob memasuki rumah warga di Pulau Kodingareng, Jumat (23/12/2022). Jejakfakta/Istimewa
Hajrah mengaku banjir air laut belum pernah separah banjir tahun ini. "Kata Mamaku, Lebakma cadi' tena lebak sanna kammanne jenek tamparanga naik mae riparasanganga! (Artinya: Dari saya kecil, belum pernah sekeras ini air laut yang naik ke kampung!," ungkapnya.
Baca Juga : KPU Klarifikasi Surat Suara untuk Capres Nomor Urut 2 di Makassar Telah Tercoblos
Ikbal Usman, warga Pulau Kodingareng lainnya juga membenarkan bahwa kondisi di pemukiman warga sudah masuk banjir air laut, tidak hanya di jalan bahkan masuk ke rumah-rumah warga.
"Parah (banjir rob), air sudah masuk rumah. Sudah dua hari pak," ujar Iqbal.
Banjir rob yang melanda Pulau Kodingareng juga menyisakan masalah lain, karena pesisir pulau dipenuhi sampah kiriman dari buangan sampah perkotaan di Makassar.
Baca Juga : Pilu Perjuangan Perempuan Nusantara Tolak Tambang Pasir Laut dan Reklamasi
Sampah kiriman berserakan di sepanjang bibir pantai Kodingareng, Jumat (23/12/2022). Jejakfakta/Istimewa.
Diberitakan sebelumnya, Direktur WALHI Sulsel, Muhammad Al Amin mengatakan bahwa penanganan bencana yang dilakukan pemerintah sangat bias darat. Gubernur dan juga Walikota hanya fokus pada bencana yang terjadi di darat. Sementara, di pesisir dan pulau-pulau kecil juga mengalami bencana yang tidak kalah mengerikan dengan yang terjadi di darat.
Baca Juga : Tolak Ekspor Pasir Laut, Aktivis Walhi Sulsel Bentangkan Spanduk di Wilayah Bekas Tambang
“Saya harap Gubernur Sulsel dan Walikota Makassar juga memperhatikan keselamatan rakyat di pulau-pulau kecil. Karena di tempat mereka juga terjadi banjir rob dan abrasi," tegasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News