Jejakfakta.com, Bulukumba - Pemerintah Kabupaten Bulukumba berhasil menurunkan jumlah angka keluarga beresiko stunting. Bulukumba merupakan terendah dengan capaian 16,14 persen dari 24 Kabupaten/Kota di Sulsel.
Hal itu diungkap oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) dr. Wahyuni AS Rabu (25/1/2023). Menurutnya, dari 24 kabupaten kota di Sulawesi Selatan, Bulukumba adalah salah satu kabupaten yang mampu menekan laju keluarga beresiko stunting.
"Alhamdulillah, berkat arahan Pak Bupati Andi Utta kepada kami seluruh Tim Percepatan Penurunan Stunting dan Jajaran DPPKBP3A Bulukumba berhasil menekan keluarga beresiko stunting," ujar dr. Wahyuni.
Baca Juga : Kapal Pinisi di Atas Gedung Satap, Ikon Baru di Kota Bulukumba
Dikatakan, bahwa data capaian tersebut terungkap pada kegiatan temu kerja stakeholder dan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak oleh BKKBN Sulsel di Makassar
"Kabupaten Bulukumba terendah dengan capaian 16,14 persen dari 24 kabupaten kota," terangnya.
dr. Wahyuni menjelaskan, berdasarkan Data SSGI dari angka 30,08 persen tahun 2021, dan capaian Kabupaten Bulukumba menjadi 28,04 persen di tahun 2022.
Baca Juga : Rembuk Stunting, Bupati Andi Utta Launching Celengan Stunting
"Data SSGI menunjukkan Kabupaten Bulukumba mencapai angka 30.08 persen keluarga beresiko stunting. Kami terus berupaya dari berbagai program sehingga berhasil menurunkan duadigit menjadi 28,04 persen, oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), yang diketuai pak Wabup, dan saya sendiri sebagai Sekretaris Tim," jelasnya.
Kadis DPPKBP3A Bulukumba itu juga mengatakan berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGM) balita stunting mengalami penurunan.
Selain terjadi penurunan keluarga beresiko stunting, BKKBN Sulsel juga mencatat terjadi penurunan balita stunting di Kabupaten bulukumba.
Baca Juga : Raih Adipura, Petugas Kebersihan Makan Malam Bersama di Pendopo Rujab Bupati
"Tahun 2021 tercatat 8 persen, sementara tahun 2022 menurut pihak BKKBN Sulsel, kami berhasil menurunkan balita stunting di Kabupaten Bulukumba menjadi 6,72 persen," beber Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ini.
Sukses Kabupaten Bulukumba menurunkan angka keluarga dan balita beresiko stunting atas kerjasama Pemkab Bulukumba dengan Bapak asuh stunting dari 33 pelaku usaha baik perorangan, perusahaan dan dunia perbankan yang ada di Bulukumba.
"Sukses terjadi penurunan keluarga dan balita beresiko stunting ini atas arahan Bupati untuk bekerja sama dengan 33 pelaku usaha yang ada di Bulukumba, baik itu perorangan, Perusahaan dan Dunia Perbankan yang ada di Bulukumba. Kita istilah kan dengan sebutan, Bapak Asuh Stunting seperti itu," kata dr. Wahyuni. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News