Jejakfakta.com, Morowali - Kecelakaan kerja kembali terjadi yang kesekian kalinya di lingkaran pertambangan nikel Morowali. Kali ini dua pekerja dumping milik PT Indonesia Guang Ching Nickel And Stainless Industry yang berada dalam kawasan pertambangan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Morowali, Sulawesi Tengah, meninggal dunia, Kamis (27/04/2023).
Keduanya adalah Arif dan Masriadi meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Alat dumping yang mereka operasikan patah, sehingga mengakibatkan mareka ikut tertimbun setelah dumpingan tersebut longsor bersamaan dengan dua kendaraan operasional.
Ironisnya kejadian ini bukanlah kali pertama kecelakaan kerja yang terjadi di kawasan pertambangan di Morowali, Sulawesi Tengah.
Baca Juga : Pekerja Perusahaan Nikel PT ITSS di Morowali Tewas Tertimpa Gulungan Baja
Tak luput dari ingatan kita beberapa waktu yang lalu kecelakaan kerja juga terjadi di kawasan pertambangan milik PT Gunbuster Nickel Industri, Morowali Utara, Sulawesi Tengah, pada 22 Februari 2022. Dua pekerja meninggal dunia, Nirwana Selle dan I Made Defri akibat ledakan yang terjadi dikawasan tungku pabrik smelter.
Peristiwa ini kemudian menjadi pemicu pemogokan massal dari para pekerja akibat lalainya penegakan keselamatan kerja di lingkungan industri.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Tengah mencatat, peristiwa ini terus berulang terjadi, dua hari yang lalu saja banyak pekerja yang terseret arus banjir yang melanda kawasan industri PT IMIP, juga menggenangi pemukiman warga.
Baca Juga : Sekuriti Ditemukan Tewas di Pos Penjagaan Kawasan KIMA Makassar, Diduga Akibat Pengaruh Miras
"Sehingga peristiwa bencana ekologis dan kecelakaan kerja yang terus menerus terjadi disetiap saat adalah bentuk tidak adanya jaminan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja dan masyarakat yang hidup berdampingan dengan kawasan tambang di Morowali dan Morowali Utara,” ujar Aulia Hakim, Kepala Departmen Advokasi dan Kampanye Walhi Sulteng.
PT IMIP sendiri adalah sebuah perusahaan raksasa hasil dari patungan modal Tsingsang Group bersama PT Bintang Delapan Mineral, kawasan megaproyek ini eksis mulai beroperasi sejak tahun 2014, memiliki luas kawasan 142.000 ha (potensi pertambangan kawasan IMIP) yang mencakup produksi pabrik smelter dan konsesi pertambangan.
Mega proyek IMIP ini didanai oleh bank, termasuk China Eximbank dan HSBC China, pendana terbesarnya ialah China Development Bank, yang mebiayai, antara lain, US$ 1,2 untuk pabrik manufaktur dan pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kapasitas mencapai 2000 MW dari total 8 untit yang telah beroperasi.
Baca Juga : Seorang Wanita Paru Baya di Gowa Ditemukan Tewas di Rumahnya
Atas kejadian tersebut, Walhi Sulteng mengecam keras pengabaian secara terus menerus yang dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Gubernur Sulteng Rusdi Mastura maupun Pemerintah Kabupaten Morowali atas praktik buruk perusahaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa para pekerja dan bencana ekologis bagi masyarakat.
“Presiden Joko Widodo dan pemerintah daerah tidak boleh menunda lagi untuk memberikan sanksi hukum bagi pelaku usaha yang banyak telah melakukan pelanggaran HAM dan menyebabkan bencana ekologis," tegas Aulia.
"Mau sampai berapa banyak korban nyawa melayang, mau berapa banyak lagi rumah warga yang terendam banjir akibat ulah perusahaan ini. Tidak ada jaminan pemulihan atas kerugian yang ditanggung oleh warga sampai saat ini,” sambungnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News