Jumat, 12 April 2024 09:12

Tradisi Nyekar di Indonesia, Ini Alasannya

Editor : Redaksi
Ratusan peziarah berkunjung ke makam keluarga dan kerabatnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Islam Panaikang, Makassar, Rabu (22/3/2023). @Jejakfakta/Atri
Ratusan peziarah berkunjung ke makam keluarga dan kerabatnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Islam Panaikang, Makassar, Rabu (22/3/2023). @Jejakfakta/Atri

Akulturasi budaya antara Islam-Jawa-Hindu.

Jejakfakta.com, Makassar -- Selain menyantap ketupat, ada tradisi penting lain dalam memperingati Idul Fitri di Indonesia adalah nyekar. Tradisi ini tidak ada dalam ajarah Al-Quran dan hadis, tetapi sangat sering dilakukan oleh umat Muslim di Indonesia.

Nyekar adalah istilah yang merujuk pada ziarah kubur yang dibarengi penaburan bunga di pusara makam. Tradisi ini awal mulanya dilakukan oleh penganut kepercayaan Jawa Kuno dan Hindu. Mereka kerap melakukan persembahan kepada orang yang telah meninggal berupa sesaji, yang didalamnya ada bunga atau disebut "Sekar" dalam Bahasa Jawa.

Namun, ketika Islam masuk ke Jawa terjadilah akulturasi budaya antara Islam-Jawa-Hindu. Masyarakat mencampurkan budaya tersebut saat berziarah kubur yang dalam Islam menjadi momentum positif sebagai pengingat kematian.

Baca Juga : Pelindo Jasa Maritim Sediakan Bus untuk Angkut Pemudik yang Balik ke Makassar Hari Ini

Menurut Muhamad Sochib di NU Online, tradisi nyekar merupakan momentum untuk saling bertegur-sapa antara mereka yang sudah meninggal dengan mereka yang masih hidup.

"Dari sisi ritual tradisi 'nyekar' merupakan hal yang sangat positif, di samping sebagai wahana memperkuat tali silaturrahim 'lintas-alam' juga menjadi sarana mempertebal keimanan akan kehidupan setelah dunia. Interpretasi terhadap makna tradisi 'nyekar' ini memang harus lebih produktif. Nyekar bukan hanya realitas dari praktik keagamaan atau kepercayaan, tetapi bahkan lebih luas dari itu, tradisi nyekar melibatkan ranah kebudayaan, sosial, bahkan ekonomi," katanya

Sedana dengan itu, riset Kontestasi Pandangan Elite Agama di Gresik tentang Nyekar "(2016) juga menyebut tradisi nyekar disebabkan karena masyarakat Jawa punya keyakinan bahwa mengirim pahala bacaan doa dalam bukan saja bertujuan agar arwah orang yang telah meninggal memperoleh tempat yang baik di surga, tetapi juga mendatangkan pahala bagi pengirim doa itu sendiri.

Baca Juga : Usai Ramadan, Jusuf Kalla Ajak Umat Islam Tetap Ramaikan Masjid

Bahkan mereka juga berkeyakinan bahwa arwah orang suci tersebut dapat menjadi perantara yang baik untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan. Di kalangan masyarakat Jawa yang dimaksud arwah orang suci adalah roh para tokoh yang terkenal mempunyai kedekatan dengan Tuhan, sehingga pada masa hidupnya dikenal mempunyai daya linuwih (sakti) yang dapat digunakan membantu dan menyelamatkan sesamanya, misalnya tokoh yang dinilai karismatik atau guru-guru spiritual yang memiliki kemampuan di luar jangkauan nalar manusia biasa.

Karena berupaya menemui leluhurnya, tradisi ini juga dapat menumbuhkan kembangkan pengetahuan tentang asal usul kita sekarang.

"Dengan begitu, diharapkan timbul rasa sayang, iba, dan harapan besar akan ampunan dari Tuhan untuk mereka yang telah 'kembali' tersebut. Dan di sinilah ketulusan dan keikhlasan terwujud," Kata Sochib.

Baca Juga : Garap Toraja-Luwu Raya, GubernurKu Ternyata Sangat Doyan Penganan Ini..

Tidak hanya itu, tradisi nyekar juga diharapkan dapat merefleksikan apa yang harus diperbuat seseorang untuk masa depan, yang telah berada di dalam kubur pasti telah meninggalkan banyak pekerjaan yang belum terselesaikan. Bisa berbentuk cita-cita perjuangan, atau bahkan hal-hal yang mungkin harus diperbaiki dalam kehidupan ke depan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

#idul fitri #tradisi nyekar #umat Muslim #Ziarah Kubur #akulturasi budaya
Youtube Jejakfakta.com