Selasa, 14 Maret 2023 06:37

Alasan Medis Manusia Butuh Puasa

Ilustrasi (dok.Shutterstock).
Ilustrasi (dok.Shutterstock).

Dr Bernard Mackpadan yang juga pakar biologi berkebangsaan Amerika bahkan meyakini bahwa puasa merupakan cara jitu dalam memberantas setiap penyakit yang tidak bisa disembuhkan terapi yang lain. Dr Edward Devi dari Amerika Serikat mengatakan," Makan kala sakit seperti kita memberi makan agar penyakit semakin kuat."

"Dr Yinyamunof dan Dr Zeiland dari Rusia selalu menasihati pasien-pasiennya untuk berhenti makan (puasa) ketika penyakit mereka muncul atau kambuh."

Mengapa manusia butuh puasa?

Di zaman modern dan serba instan seperti sekarang ini, kita tidak akan pernah luput dari berbagai racun yang masuk ke dalam tubuh kita. 

Baca Juga : Manfaat Puasa: Buang Racun Tubuh 10 Kali Lipat, Juga Ada Pahala Jihadnya

Begitu banyaknya racun sehingga kita tidak sadar bahwa makanan yang kita berikan kepada anak-anak semenjak dia kecil banyak sekali yang mengandung toksik.

Begitu banyak perasa, pewarna, atau pun pengawet yang terkandung pada makanan melebihi batas ambang toleransi. Tidak heran jika di usia seperti sekarang ini sudah tak terhingga jumlahnya. Bagaimana mungkin kita akan sehat jika di dalam tubuh kita terdapat banyak sekali toksik.

Ingat! Semua penyakit, baik yang akut ataupun yang sudah kronis, berawal dari akumulasi toksik dan sampah hasil metabolisme tubuh. Penyakit timbul karena penumpukan toksik dalam tubuh yang sudah melewati batas toleransi.

Baca Juga : Waktu Puasa Syawal 2023 Masih Banyak, Batas Akhir 20 Mei

Bagaimana caranya agar kita bisa menyembuhkan tubuh kita yang sakit akibat bertumpuknya toksik?

Tentu penyembuhannya dengan mengeluarkan zat yang meracuni tubuh (detoks): dan cara adalah berpuasa.

Fasting does not cure any disease, but provides an opportunity to the body to heal heal it self. 

Baca Juga : Kurma Israel Kian Kuasai Dunia, Arab Saudi Nyaris Terkalahkan

Walaupun banyak teori yang mengatakan puasa mampu mengobati berbagai penyakit, namun sebenarnya tidak demikian. Puasa bukan mengobati penyakit, melainkan memberi kesempatan kepada untuk istirahat dari rutinitas pekerjaan mengolah makanan dan minuman seperti biasanya, sehingga energi yang biasa digunakan oleh tubuh dalam bekerja mengolah makanan, akan digunakan untuk melakukan perbaikan-perbaikan kerusakan tubuh ketika puasa. Itulah sebabnya puasa mampu mengobati berbagai penyakit kronis.

Saat berpuasa, tubuh mengalami detoksifikasi secara secara alami. Tidak adanya makanan yang biasa masuk ke dalam lambung, membuat organ-organ tubuh, seperti hati dan limpa, 'membersihkan diri'. Racun-racun yang dibuang pun 10 kali lebih banyak. Karena racun yang dikeluarkan lebih banyak biasanya, proses penuaan pun bisa dihambat untuk sementara. Itulah sebabnya bila kita melakukan puasa dengan benar, wajah kita akan tampak lebih berseri.

Para ahli barat di Barat meyakini bahwa ada mata rantai yang hilang pada pola makan manusia modern saat ini, yaitu berpuasa.

Baca Juga : Ketua MUI Imbau Jangan Larut Belanja di 10 Terakhir Ramadan

Ibnu Sina (980-1037 M), seorang dokter muslim kenamaan pada masanya, menerapkan konsep puasa untuk pasien-pasiennya. Ia selalu mengharuskan setiap pasien yang datang kepadanya untuk berpuasa selama tiga minggu. Bagi Ibnu Sina, puasa merupakan terapi efektif dan murah meriah dalam menyembuhkan penyakit pasien-pasiennya. Lebih jauh ia mengatakan: "Puasa sangat baik untuk mengobati berbagai penyakit kronis."

Bahkan di zaman modern sekarang ini, seorang dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin asal Amerika, Dr Robert Park, berpendapat bahwa tradisi mengosongkan perut dan menahan hawa nafsu, setelah diterapkan kepada pasien-pasiennya ternyata merupakan terapi mujarab dalam memberantas bakteri sifilis yang terkandung di dalam tubuh mereka. Dengan berpuasa, bakteri tersebut akan digantikan dengan zat-zat yang menyehatkan.

Dr Bernard Mackpadan yang juga pakar biologi berkebangsaan Amerika bahkan meyakini bahwa puasa merupakan cara jitu dalam memberantas setiap penyakit yang tidak bisa disembuhkan terapi yang lain.

Baca Juga : Itikaf 10 Terakhir Ramadan: Syarat, Rukun hingga Amalan Pentingnya

Dr Edward Devi dari Amerika Serikat mengatakan," Makan kala sakit seperti kita memberi makan agar penyakit semakin kuat."

Dr Shelton dari Amerika Serikat mengatakan," Semakin banyak kita memberi makan orang sakit, maka kita membuat dia semakin sakit."

Husen A Bajry (2008: 63-66)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

#Ramadan 1444 H #manusia butuh puasa #awal puasa Ramadan #Husen A Bajry #Ibnu Sina (980-1037 M) #Dr Bernard Mackpadan #Dr Edward Devi #Dr Yinyamunof
Youtube Jejakfakta.com